Thursday, August 26, 2010

Merah

Bola merah itu terpantul-pantul di lantai marmer yang dingin.
Terpantul dan mendekat ke tanganku yang berjari gemuk-gemuk.

"Aku tidak ingin bermain", kataku setengah malas
"Aku tidak ingin main lempar bola"
"Harus!!", sebuah suara berteriak
"Kamu yang pantulkan bola ini lebih dulu, sekarang kami ingin bermain."

Bola itu terpantul-pantul lagi dengan cepat.
kemudian bola itu terlempar ke kepalaku.
"mainkan dengan cepat!!!", "lempar bola itu kemari!!!"
Perintah dan permintaan bersahutan secepat sepersekian detik.

Laju merah bergerak kian cepat.
seperti pita yang di gerakkan pesenam olimpik di angkasa.
Merah yang menyala.
mengingatkanku pada darah yang menetes dari luka yang terbuka.

"Ayo bermain.. Ayo bermain.."
Kalimat itu berulang-ulang terdengar di telingaku.
Seperti kaset rusak yang tidak dapat dibetulkan lagi.
"Ayo bermain.. Ayo bermain.."