Monday, May 3, 2010

Simpul

Terduduk aku di depan sebuntal benang
mencoba mencari ujung pangkal yang terputus untuk memulai telusur
perlahan mengikuti jejak benang yang mengusut, aku memaki..
"Susah amat sih ini!!!"

Berusaha mengingat masa bermain sebagai seorang Pramuka,
yang dapat kuingat hanya tepuk-tepuk yang berirama dan tongkat yang kami pakai untuk bermain perang.
aku merasa simpul ini terlalu sulit untuk dibuka.

"Gunting sajalah.."
Seseorang berteriak dari samping.
"Tak ada gunanya lagi di telusuri. Sulit itu.."

"Nanti..", kataku..
Terangsang otakku untuk menyelesaikan puzzle ini.
"Ini mungkin bisa di.."
bergerak jariku mencoba melepaskan satu buntal besar benang kusut.

"Sudah jangan dipaksakan.."
Sebuah gunting disodorkan seseorang padaku.
"Sebentar.. Ini bisa dibuka kesini.."
Gunting itu memanggil-manggil di sisi pundakku.

Bersikeras membuka simpul-simpul kusut, aku berkelahi dengan diriku sendiri.
"Gunting.."
"Tunggu, ini masih bisa di.."
"Gunting saja.."
"Tapi ini bisa di.."

Pusing dengan tengkar dalam kepalaku sendiri aku berhenti.
Kulempar buntalan itu sambil memaki,
"Sial.. Biarlah.. Bikin susah hati saja.."
dan aku melangkah pergi.